Minggu, 20 April 2008

Betapa Sulitnya Mengendalikan Diri (2)

Pengalaman ke dua ini kukisahkan karena pengalaman inilah yang memberikan Ilham dalam diriku ini untuk berjuang mengingat Allah, walaupun dengan seujung kuku yang mampu bisa kulakukan. Malu sebenarnya untuk mengisahkan hal ini, karena kebodohan dan ketolollanlah sehingga terjadi kisah seperti ini. Namun karena dorongan yang kuat agar inti dari cerita ini dapat ditangkap oleh yang membacanya, maka kucoba untuk mengurainya. Semoga dengan kisah ini dapat memberikan inspirasi-inspirasi yang lain yang lebih bermanfaat. Waktu yang terus berlalu sebagai modal utama untuk tetap berjuang mendekat kepada Allah, walaupun kutahu bahwa setiap orang pasti akan merasa kehabisan modal dan banyak yang tidak menyadarinya. Karena dengan seiringnya berjalannya waktu, berarti umur kita akan bertambah dan semakin dekat dengan maut. Dengan kata lain modal kita akan semakin hari semakin berkurang itu pasti. Namun tidak semua orang menyadari bahwa modalnya akan habis seketika jika memang hal itu sudah menjadi kehendak Allah SWT.
Hampir setiap malam di Cimahi, jika bangun tengah malam (di atas jam 12 malam) apabila akan buang air kecil selalu saya perintahkan diri ini untuk mandi (melawan rasa dingin). Suatu ketika jam baru menunjukkan kira-kira jam 11.00 malam, saya ke kamar mandi dan menemukan baju seragam ketinggalan. Saya tanya ke teman-teman yang pada waktu itu belum tidur, siapa yang ketinggalan baju di kamar mandi. Ternyata bajunya Mahasiswa dari kota Semarang yang aslinya dari luar pulau Jawa.
Anak ini sebelumnya pernah bercerita kalau sudah biasa keluar masuk hutan di daerahnya, untuk berangkat dari rumah ke kampus dan biasa ketemu binatang-binatang buas seperti ular, harimau dan lain-lain. Saya sebagai orang yang tinggal di kota hanya melihat binatang-binatang buas di balik kerangkeng di kebun binatang. Sehingga merasa kagum atas keberanian anak ini.
Alasan bajunya tertinggal akhirnya dia ceritakan. Dia ketakutan karena melihat “HANTU” sehingga bajunya ditinggalkan di kamar mandi.
Sehingga dengan sengaja saya goda. Saya katakan padanya : “ Saya lebih baik ketemu hantu daripada ketemu binatang buas, karena hantu tidak dapat makan saya. Saat ini saya ditunggui rajanya hantu”.
Kebetulan saat itu yang belum tidur tinggal kami bertiga. Salah satu teman dari Sumatera Utara kemudian menegur saya, “ Kamu jangan takabur”. Seketika itu badan saya menggigil ketakutan dan diperhatikan oleh teman tadi. Dia berkata lagi “Nah kamu menantang dia, sekarang dia marah dan tidak terima”.
Saya diam seribu bahasa tanpa berucap kata-kata. Sejenak kutertegun tanpa bisa membalas ucapan teman dari Sumatera Utara. Selang beberapa waktu ke dua teman saya kembali ke tempat tidur (saat itu pembicaraan di aula/ruang makan). Tinggallah saya sendiri termenung sambil berjalan menuju tempat tidur. Kubaringkan badan, kupejamkan mata, namun sedetikpun aku tak bisa melupakan kata-kata teman tadi.
Gejolak jiwa mudaku bergelora. Kenapa sekarang saya menjadi takut sedangkan sebelumnya tidak merasakan takut (saat kuperintahkan diri untuk kembali menuju kamar mandi). Ada sebersit ketakutan yang muncul dan menggetarkan hati. “Aku tidak boleh kalah dengan hantu” : bisik hatiku.
Akhirnya kuputuskan untuk pergi ke kamar mandi yang jaraknya dengan barak tidur kurang lebih 100 m. Kuambil gayung dan handuk, kutaruh ditangan kiri, selangkah demi selangkah mendekati pintu. Saat kupegang handle (gagang) daun pintu, kembali bergetar dan merinding kepala saya (ketakutan). Kubalikkan badan karena perasaan takut seketika menyelimuti pikiran dan perasaan. Kucoba menenangkan diri sambil berjalan-jalan,mondar mandir di dalam barak tidur. Setelah tenang kucoba lagi dan memberanikan diri untuk kembali menuju pintu keluar. Terjadi peristiwa yang terulang kembali, semakin bergetar dan merinding kepala hingga ke tangan. Akhirnya kududuk termenung di atas tempat tidur, sambil menenangkan diri.
Aku tidak boleh kalah, manusia adalah makhluk diciptakan oleh Allah yang paling sempurna, Malaikat saja harus tunduk pada Adam AS. (ketika Manusia pertama diciptakan oleh Allah). Pengetahuan ini kucoba tanamkan didalam Hati (Qolbu). Aku harus ingat Allah. Maka kuucapkan kalimat Tauhid secara perlahan-lahan dan terus menerus hingga ketakutanku hilang sedikit demi sedikit. Kemudian kutanamkan dalam diriku untuk mencoba lagi kembali keluar menuju pintu, kalau aku tidak boleh kembali sebelum sampai ke tujuan (kamar mandi). Ini kesempatan terakhir (yang ke tiga kalinya). Jangan tengok ke belakang, jangan menjerit. Hanya Allah tempat meminta tolong. Dan hanya Allahlah tujuan hidup ini.
Sambil membaca kalimat tauhid kulangkahkan kaki menuju pintu keluar. Ketakutan itu muncul lagi, saat kupegang daun pintu , menggigil seluruh badanku lebih dari yang kurasakan tadi. Kutetap langkahkan kaki dengan ketakutan yang semakin lama semakin memuncak (dengan jalan konsentrasi, menundukkan wajah) Dengan tekad yang bulat kubuang jauh-jauh perasaan takut yang selalu muncul dengan kalimat tauhid yang terus kubaca. Terjadilah peperangan yang cukup berat di dalam diri. Ada suara yang menyuruh kembali. Ada pula yang menyuruh terus berjalan. Dengan wajah menunduk terus berjalan penuh konsentrasi sampailah dekat barak kamar mandi. Tanpa kusadari ternyata lampu diseluruh barak atau pusdiklat saat itu padam. (sebelumnya masih terang)
Dengan meraba-raba kucari pintu masuk ke barak kamar mandi serta ketakutan yang sangat mendalam, akhirnya masuklah saya ke salah satu kamar mandi. Ada seolah-olah tangan mau mencengkeram leherku. Begitu takutnya, kupejamkan mata. Tapi muncul suara “Buka matamu! Kau tutup dan kau buka matamu sama saja. Kamu tidak bisa melihat apa-apa”. Dengan sekuat tenaga kubuka mata, kucoba menatap ke kiri dan ke kanan. Bagaimana menghilangkan perasaan takut ini, bisikku dalam hati.
Kemudian kuputuskan untuk ambil “Wudhu”. Tetap saja perasaan takut masih menghantuiku. Akhirnya kududuk bersila di kamar mandi sambil merenung dengan peristiwa yang terjadi.
Sambil duduk dikamar mandi terbersit suara “Kamu sedang berperang dengan musuh manusia yaitu Iblis, setan dan Jin. Dan mereka terbuat dari Api. Maka api, api, api harus dilawan dengan air, air, air. ” MANDI”. Karena perasaan takut yang sudah memuncak, kuputuskan untuk bangkit dan sambil meraba-raba mencari gayung untuk mandi walaupun belum kutanggalkan baju di badan.
Saat kuayunkan tangan untuk mengambil air dan arahkan ke badan. Ada sesuatu yang seolah-olah menghentikan tanganku. Cukup-cukup sudah, kembali, kembali, kembali. Seketika itu pula perasaan takut mulai mereda (walaupun belum hilang sepenuhnya). Dan kuputuskan untuk kembali ke barak. Saya langkahkan kaki menuju ke barak tidur lagi (hingga hilanglah perasaan takut secara perlahan-lahan sampai hilang sepenuhnya ketika menginjakkan kaki di barak tidur).
Setelah kejadian itu ada sebuah perasaan tenang yang hadir dalam diri. Banyaknya pergolakan-pergolakan (suara) dalam diri masih menimbulkan tanda tanya yang besar , “Siapakah yang bersuara dalam diri ini”. Kesimpulan pertama yang kudapatkan adalah bagaimana saya selalu ingat Allah dalam setiap keadaan dengan mencoba menyebut AsmaNya dalam Qolbu . Walaupun saya belum tahu apakah benar yang menyebut asma Allah ini adalah Qolbu atau bukan. Sehingga kumulailah hari demi hari dengan menyebut AsmaNya semampunya. Mulai bacaan Hamdallah, Taubat dan Penyerahan diri kuucapkan semampunya berganti-ganti sesuai dengan kondisi, pemahamanku dan pengalamanku saat itu. Saat saya merasakan ingin bersyukur maka kuucapkan bacaan Hamdallah, ingin bertaubat kuucapkan bacaan Istighfar dan saat merasakan ragu-ragu kubaca bacaan Hawallah. Demikian seterusnya tanpa menghitung jumlah, dan dimana saja berada maka selalu kuupayakan untuk mengingatNYA.
Hal ini terus kulakukan sampai selesai pendidikan Suskapin. Hari demi hari terus kuupayakan untuk mengingat Allah dengan membaca bacaan-bacaan pendek yang mampu kubaca, sambil berjalan, saat berdiam diri, saat di dalam kampus. Hingga pada suatu saat terbersit dalam benakku, bagaimana cara mengingat Allah dengan benar sehingga aku tetap beraktifitas seperti biasa, dapat mendengarkan dosen memberikan kuliah dan lain-lain. Karena saya bisa tidak dapat menyelesaikan kuliah, padahal aku telah berjanji kepada orang tua dan keluarga akan menyelesaikan kuliah sehabis ikut pendidikan Menwa di Bandung ini.(saat minta ijin ikut pendidikan akan menyelesaikan kuliah dengan cepat)
Ya Allah, berikan petunjuk kepada hambamu yang lemah ini, tunjukkan dan pertemukan dengan orang yang dapat membantu memecahkan persoalan ini. Aku ingin mendekat kepadaMU. Demikian doaku setiap hari kuucapkan dengan segala upaya kulangkahkan kaki untuk mencari orang yang dapat memberikan bimbingan sesuai doaku.
Demikian sedikit kisahku yang akan kulanjutkan dengan kisah-kisah yang lain dengan seorang yang memberikan inspirasi dalam pencarian jati diri.

Tidak ada komentar: